Menerka Dilema Penggunaan Artificial Intelligence Dalam Jurnalistik

 

        

Menerka Dilema Penggunaan Artificial Intelligence Dalam Jurnalistik

Kita hidup diera perkembangan informasi dan teknologi ini melaju begitu pesat. Bahkan kita sudah menuju era Society 5.0, dimana teknologi modern diberdayakan untuk menunjang segala aspek kehidupan manusia yang outputnya yakni tidak lain untuk mempermudah dan mengoptimalkan suatu aktivitas. Dengan kondisi seperti sekarang ini menjadikan penggunaan teknologi modern memegang peranan yang sentral dan kompleks dalam kehidupan masyarakat. Kehadiran teknologi ini secara umum tak bisa dipungkiri memang mempermudah suatu pekerjaan, jika didayagunakan secara hati – hati dan bijak.

 Dalam konteks ini, penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence atau AI dalam bidang jurnalistik memiliki potensi yang besar untuk berperan dalam membantu mengumpulkan dan menghimpun informasi, menganalisis data algoritma, mengidentifikasi suatu tren, dan bahkan menghasilkan suatu konten berita yang akurat. Akan tetapi jika kita lihat dari sudut pandang yang berbeda, akan menjadi suatu antithesis atau perbandingan dua hal  yang saling berlawanan, penggunaan AI ini menyimpan suatu potensi risiko maupun tantangan yang perlu mendapatkan atensi lebih supaya dalam pemanfaatannya ini tidak menimbulkan suatu dilema serta meminimalisir dampak buruk yang justru bisa menjadi bumerang bagi jurnalistik itu sendiri.

 Belum lama ini misalnya terdapat suatu terobosan dan inovasi dalam Artificial Intelligence atau AI ini yakni dengan adanya ChatGPT, merupakan suatu chatbot generatif yang dikembangkan oleh openAI yang mampu menjawab dan menjelaskan apa saja yang kita tanyakan. Contoh tersebut adalah salah satu dari banyaknya perkembangan Artificial Intelligence atau AI secara masif. Jika kita tinjau lebih dalam, penggunaan AI dalam dunia jurnalistik ini tidak akan bisa sepenuhnya bergantung pada AI, hal ini dikarenakan terdapat suatu aspek dalam jurnalistik yang tidak ada dalam AI, salah satunya yakni aspek humanisme, tidak bisa dipungkiri jurnalisme dalam penulisannya erat kaitannya dengan konteks rasa empati, wawasan maupun budaya manusia, sehingga dalam preposisi ini Artificial Intelligence atau AI tidak bisa menggantikannya, akan tetapi dapat berperan dalam membantu beberapa tugas seperti  menganalisis, dan meringkas data, maka dari itu kita dituntut bisa mencari titik temu atau menyeimbangkan pemanfaatannya secara efektif dan ideal.

Hal ini bertujuan agar penggunaan Artificial Inteliigence atau AI ini masih dalam batasan tertentu. Akan menjadi masalah serius ketika pemanfaatan AI ini disalahgunakan, secara teknis AI tidak mengenal etika dan moral sehingga ada kemungkinan mengabaikan nilai-nilai dalam jurnalistik seperti keadilan, kebenaran, keseimbangan hingga tanggung jawab sosial, maka akan sangatlah riskan dan tidak menutup kemungkinan dapat diperdayagunakan dan dimanfaatkan untuk membuat konten yang cenderung bias bahkan berita tidak benar atau hoax serta algoritma AI cenderung mengarahkan pada hal – hal yang kontroversi saja, bukan mengarah pada hal yang lebih esensial yang tentunya bisa mencoreng integritas dunia jurnalistik. Dengan begitu nilai etis jurnalisme patut dipertanyakan kembali.

Para pekerja yang menggeluti dunia jurnalistik-pun terutama dalam jangka panjang juga mempunyai keresahan dan kekhawatiran akan tergantinya pekerjaan mereka oleh kehadiran Artificial Intelligence atau AI. Hal tersebut sangatlah wajar karena saat ini beberapa tugas sudah mulai dapat diotomatisasi menggunakan AI. Oleh karena itu menjadi sebuah urgensi bagi kita untuk bisa mengintegrasikan Artificial Intelligence atau AI pada jurnalis agar AI ini hadir bukan untuk menggantikan manusia, melainkan untuk membantu tugas jurnalistik terutama dalam mengkurasi dan memvalidasi data berita secara objektif dengan manusia tetap sebagai memegang peran utamanya. 

Lebih dari itu, perlu bagi para pemangku kepentingan untuk merespon fenomena penggunaan Artificial Intelligence atau AI yang belakangan ini telah mengubah lanskap media jurnalistik. Menjadi sebuah keniscayaan bahwa harus segera dirumuskan formula dan regulasi, terlebih dalam Kode Etik Jurnalistik (KEJ) nampaknya perlu untuk dikaji dan dirumuskan kembali supaya lebih relevan serta adaptif terkait dengan kemunculan Artificial Intelligence atau AI.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anthem Persitema Temanggung

Surakartans

Artikel Tugas APTI